Julian Cely - "Bahasa bukanlah kendala"

Cerita penyanyi yang lahir dan besar di Prancis ini memang menarik disimak. Umur Julian Cely baru 24 tahun, tetapi telah sukses mengeluarkan self-titled album dan dipuji banyak musisi Prancis....

Cerita penyanyi yang lahir dan besar di Prancis ini memang menarik disimak. Umur Julian Cely baru 24 tahun, tetapi telah sukses mengeluarkan self-titled album dan dipuji banyak musisi Prancis. Bahkan, ia menjadi bintang serial TV di Eropa, Saint-Tropez. Syahida Taher menemuinya dan berbincang banyak hal beberapa waktu lalu.

Apakah ini kedua kalinya Anda mengunjungi Indonesia?
Iya. Pertama pada Juni 2003, Anggun mengajak saya tampil bersama pada event yang digelar Kedutaan Prancis. Kali ini, saya diundang untuk tampil dalam acara Pool Party Hotel Mulia Senayan, sekaligus promo album terbaru.
Apa konsep musik album Anda ini?
Campuran musik pop, urban, electro sounds, dan ballad.
Ada kesulitan mengeluarkan album khusus untuk Indonesia?
Sebenarnya sulit sekali. Untuk pasar Indonesia, saya buat lagunya dalam bahasa Prancis, lalu diadaptasikan dalam bahasa Indonesia. Dan, saya juga duet dengan Terry.
Apakah ada kendala ketika Anda bernyanyi dalam bahasa Indonesia dan Terry dalam bahasa Perancis?
Bahasa bukanlah suatu kendala. Syukur, ada Anggun yang menjadi vocal guide saya dalam melafalkan lirik Indonesia. Terry pun pernah belajar bahasa Prancis. Kami hanya perlu waktu sedikit untuk menyesuaikan diri.
Bagaimana ceritanya self-titled album Anda dapat memuat dua lagu karya Anggun?
Anggun adalah role model saya. Sosoknya penuh inspirasi, baik dari segi vokal, penampilan, maupun latar belakang budaya. Lalu, saya punya kesempatan bertemu Anggun karena berada di bawah label yang sama. Ternyata, ia suka dengan apa yang saya buat. Sejak itu, perannya seperti ibu baptis saya.
Apakah Anda berasal dari keluarga pemusik?
Sayangnya, tidak. Itulah mengapa ketika saya utarakan keinginan untuk belajar main piano dan ingin menjadi penyanyi, orangtua saya tidak kasih izin. Akhirnya, saya belajar otodidak. Kata mereka, jadi pemusik bukanlah pekerjaan yang bisa dibanggakan. Namun, setelah melewati proses panjang, kini mereka sangat mendukung.
Memangnya, mereka berharap Anda menekuni bidang apa?
Awalnya, orangtua saya memaksa saya menekuni olahraga senam secara serius. Walaupun suka dan sudah 10 tahun menekuni senam, saya nggak benar-benar ingin melakukan itu. Setelah UMPTN, saya keluar dari rumah dan membiayai hidup sendiri. Saya masuk label rekaman -- SonyBMG. Lalu, saya berkarier di situ sampai keadaan keuangan saya stabil. Akhirnya, orangtua saya sadar bahwa mereka nggak bisa melakukan apa pun untuk mengubah keputusan saya.
Apakah pengalaman ini Anda jadikan lagu?
Saya sempat membuat lagu berjudul Deja yang menceritakan konflik ini. Ada juga Comme Deux Ailes yang ditujukan pada kedua orangtua saya. Saya menganggap mereka sebagai dua sayap yang menopang saya.
Oya, bagaimana ceritanya Anda bermain di serial TV Saint-Tropez?
Berkat karier saya di bidang musik, saya diajak main di sana. Saya berperan jadi diri sendiri, kok, penyanyi yang akhirnya menjadi bintang idola.
Last but not least. Apa pendapat Anda mengenai lawan duet Anda, Terry, sebagai penyanyi Indonesia?
Dia punya suara yang powerful. Apa yang ia lakukan sangat bagus. Dia juga sangat cantik. She's a wonderful human being.